Peninggalan Bersejarah di Provinsi Riau

1. Mesjid Raya Pekanbaru

Lokasi : Kecamatan Senapelan
Kotamadya : Pekanbaru

Mesjid Raya Pekanbaru terletak di Kecamatan Senapelan memiliki nilai arsitektur tradisional yang amat menarik dan merupakan mesjid tertua di kota Pekanbaru. Mesjid ini dibangun pada abad ke 18 dan merupakan bukti bahwa Kerajaan Siak pernah berdiri di kota Pekanbaru dimasa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Alamuddin syah dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai Sultan keempat dan kelima dari Kerajaan Siak Sri Indrapura.

Di areal mesjid terdapat sebuah sumur yang mempunyai nilai magis, sering wisatawan mancanegara terutama wisatawan Malaysia mandi air sumur ini untuk membayar niat atau nazar yang dihajadkan sebelumnya.

2. Makam Mahrum Bukit Dan Mahrum Pekan

Lokasi : Kecamatan Senapelan
Kotamadya : Pekanbaru

Masih dalam areal Mesjid Raya Pekanbaru kita dapat mengunjungi makam Sultan Marhum Bukit dan makam Marhum Pekan beserta pada keluarganya, mengunjungi Makam berarti kita telah mengunjungi makam pendiri kota Pekanbaru.

Marhum Bukit adalah Sultan Siak IV (Sultan Abdul Jalil Jalaludin Syah) yang memerintah pada tahun 1766-1780 naik tahta menggantikan Sultan Abdul Jalil Jalaludin Syah. Beliau terkenal sebagai seorang Sultan yang alim dan taat. Salah seorang puterinya Tengku Embung Badariah dikawinkan dengan seorang Bangsawan Arab keturunan Nabi Muhammad yang bernama Sayed Syarif Osman ibnu Syarif Abdul Rakhman Syahabuddin.

Marhum Bukit sekitar tahun 1775 memindahkan ibukota kerajaannya dari Mempura Siak ke Senapelan dan Beliau mangkat tahun 1780. Sedangkan Marhum Pekan adalah Sultan V dari kerajaan Siak Sri Indrapura bergelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah yang memerintah pada tahun 1780-1782. Marhum Pekan naik tahta kerajaan menggantikan ayahanda Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah.

Marhum Pekan terkenal dengan keperkasaannya terutama dalam peperangan melawan Belanda di Pulau Guntung dan beliau pulalah pendiri dan pembesar kota Pekanbaru. Diadakannya PEKAN (pasar) pada waktu-waktu tertentu merupakan awal berkembangnya kota Pekanbaru hingga sekarang ini, dan atas jasa-jasanya setelah mangkat beliau gelari Marhum Pekan serta dimakamkan bersama ayahanda, adinda dan iparnya di komplek Mesjid Raya ini.

3. Tugu Pahlawan Kerja

Lokasi : Kecamatan Bukit Raya.
Kotamadya : Pekanbaru.

Tugu Pahlawan Kerja terletak sekitar km. 10 jalan raya Pekanbaru menuju Teratak Buluh Perhentian Marpoyan. Tugu ini dibangun sebagai tanda jasa bagi para pejuang yang banyak meninggal dunia pada masa penjajahan Jepang, di Daerah Riau. Bentuknya sangat sederhana, tapi nilai perjuangan para Syuhada ini tiada dapat dibayar dengan uang dan harta benda.

4. Balai Adat Riau

Lokasi : Jalan Pangeran Diponegoro Pekanbaru.
Kotamadya : Pekanbaru.

Gedung ini terletak di Jalan Pangeran Diponegoro Pekanbaru, dlbangun dan dihiasi dengan bermacam bentuk ukiran dan motif tenunan. Balai adat ini dibangun untuk berbagai kegiatan yang berkaitan dengan adat Resam Melayu Riau, dan sekarang sering pula dimanfaatkan untuk pertemuan-pertemuan.

Arsitekturnya yang khas melambangkan kebesaran budaya Melayu Riau. Bangunan terdiri dari dua tantai, di bagian lantai atas terpampang dengan jelas beberapa ungkapan adat dan fasal-fasal Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali Haji. Di kiri kanan masuk ruang pintu utama dengan jelas dapat kita baca fasal pertama, kedua, ketiga dan keempat dari Gurindam Dua Belas tersebut. Sedangkan pasal kelima, keenam-ketujuh, kedelapan, kesembilan, kesepuluh, kesebelas dan kedua belas terdapat di bagian dinding sebelah dalam dari ruang utama.

5. Bukit Batu, Bekas Tapak Kaki Manusia

Lokasi : Sungai Pakning
Kabupaten : Bengkalis.

Bukit Batu terkenal karena Lancang Kuning dan Legenda Datuk Laksemana Raja di Laut, disini terdapat bekas tapak kaki manusia di atas batu dengan ukuran luar biasa besarnya, dan dilengkapi dengan keindahan alam yang sangat menarik sebagai objek wlsata budaya peninggatan sejarah dan wisata alam.

Desa Bukit Batu juga memiliki peninggalan sejarah lainnya seperti rumah peninggalan Datuk Laksemana, Meriam dan rumah-rumah yang bercirikan Khas Melayu.

6. Komplek Istana Kerajaan Siak

Lokasi : Kecamatan Siak Sri Indrapura
Kabupaten : Bengkalis.

Kerajaan Siak Sri Indrapura adalah sebuah kerajaan Melayu Islam yang terbesar di Daerah Riau, mencapai masa jayanya pada abad ke 16 sampai abad ke 20, dalam silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725 ada 12 sultan yang pernah bertahta. Sultan-sultan yang pernah bertahta itu adalah sebagai berikut :

Sultan Pertama : Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah (1725-1746) sebagai pendiri kerajaan, beliau mangkat pada tahun 1746 dan digelar dengan Marhum Buantan.

Sultan Kedua : Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah (1746-1765) sebagai pengganti tahta kerajaan setelah ayahandanya Marhum Buantan mangkat. Lebih kurang 19 tahun memerintah dan kerajan Siak Sri Indrapura menjadi kokoh dan kuat, beliau mangkat pada tahun 1765 dengan gelar Marhum Mempura Besar.

Sultan Ketiga : Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1765-1766) yang bernama Tengku Ismail. Beliau tak lama memerintah karena setahun setelah dinobatkan sebagai Sultan pengganti ayahandanya Marhum Mempura Besar datanglah Belanda yang memanfaatkan Tengku Alam (kemudian menjadi Sultan IV) sebagai perisai. Setelah mangkat dalam kesedihan yang tak berkesudahan, beliau digelar dengan sebutan Marhum Mangkat di Balai.

Sultan Keempat : Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780) yang bernama Tengku Alam, naik tahta kerajaan menggantikan Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Syah. Beliau mangkat dalam tahun 1780 dengan gelar Marhum Bukit.

Sultan Kelima :Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782) menggantikan ayahandanya Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah. Pada masa pemerintahannya dan pemerintah ayahandanya Kerajaan Siak berkedudukan di Senapelan atau Pekanbaru sekarang ini. Beliau pula pendiri Kota Pekanbaru dan mangkat dalam tahun 1782 dengan gelar yang disandangnya adalah Marhum Pekan.

Sultan Keenam : Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah (17821784) naik tahta kerajaan hanya 2 tahun dan pada tahun 1784 beliau mangkat dengan gelar Marhum Mangkat di Dungun.

Sultan Ketujuh : Sultan Assaidis Asyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi (1784-1810) adalah Sultan Siak pertama yang berdarah Arab dan bergelar Sayed Syarif. Pada pemerintahan Sultan VII inilah Kerajaan Siak mencapai puncak kejayaannya. Beliau mangkat pada tahun 1810 dan digelar dengan sebutan Marhum Kota Tinggi.

Sultan Kedelapan : Sultan Asyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810-1815) adalah putera Sultan VII yang bernama Ibrahim. Beliau mangkat pada tahun 1815 dan digelar sebutannya Marhum Mempura Kecil.

Sultan Kesembilan : Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin (1815-1854) bernama Tengku Sayed Ismail setelah mangkat beliau digelar Marhum Indrapura.

Sultan Kesepuluh : Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalil Syaifuddin (Syarif Kasyim I, 1864-1889), Beliau mangkat dalam tahun 1889 dan bergelar dengan sebutan Marhum Mahkota.

Sultan Kesebelas : Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1989-1908). Beliau naik tahta kerajaan menggantikan ayahandanya Sultan Kasyim Awal. Peninggalan-peningalan Kerajaan Siak yang sekarang ada hampir semua adalah atas jasa dan usahanya, dan beliau mangkat dalam tahun 1908 dengan gelar Marhum Baginda.

Sultan Keduabelas : Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalif Syaifudin (Syarif Kasyim II), 1915-1949) Tengku Sulong. Beliau ditabalkan sebagai sultan setelah 7 tahun mangkatnya ayahandanya Sultan Hasyim. Beliau merupakan Sultan terakhir dan pada bulan Nopember 1945 mengirim kawat kepada Presiden Republik Indonesia yang menyatakan kesetiaanya dan beliau menyerahkan harta bendanya untuk perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

Kini, sebagai bukti sejarah atas kebesaran kerajaan Melayu Islam di Daerah Riau ini, dapat kita lihat peninggalan kerajaan berupa komplek Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan nama ASSIRAYATUL HASYIMIAH lengkap dengan peralatan kerajaan. Sekarang Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura dijadikan tempat penyimpanan benda-benda koleksi kerajaan antara lain : Kursi Singgasana kerajaan yang berbalut (sepuh) emas, Duplikat Mahkota Kerajaan, Brankas Kerajaan, Payung Kerajaan, Tombak Kerajaan, Komet sebagai barang langka dan menurut cerita hanya ada dua di dunia dan lain-lain. Di samping Istana kerajaan terdapat pula istana peraduan.

7. Makam Marhum Buantan

Lokasi : Kecamatan Siak Sri Indrapura
Kabupaten : Bengkalis.

Marhum Buantan (mangkat tahun 1746) adalah pendiri kerajaan dan Sultan Siak I yang bergelar Abdul Jalil Rakhmad Syah Yang Dipertuan Muda Raja Kecil, memerintah dari tahun 1725 hingga tahun 1746. Beliau adalah orang yang menyusun tata pemerintahan dan tata adat menurut dasar tata kerajaan Melayu seperti : Lambang kerajaan yang terdiri dari sebuah payung, sembilan keris panjang, sembilan pedang dan sebatang tombak dengan warna kuning. Disamping lambang kerajaan. Orang Besar kerajaan yang diangkat untuk mendampingi Sultan dalam melaksanakan roda pemerintahan sehari-hari merupakan Kepala Persukuan bergelar Datuk. Demikian pula halnya Balai Penghadapan, pemakaian gelar dan upacara kerajaan telah diletakkannya sebagai dasar tata kerajaan Melayu.

Selain itu, Marhum Buantan menjadikan agama Islam sebagai agama kerajaan dan seluruh tata adat diatur menurut hukum Syarak. Marhum mempunyai tiga orang putera, masing-masing : Tengku Alam, Tengku Tengah dan Tengku Buang Asmara, bergelar Tengku Mahkota.

Marhum Buantan (Raja Kecil) memerintah selama kurang lebih 21 tahun telah menempatkan kerajaannya sebagai dasar dari sebuah kerajaan besar yang telah berkembang di bawah pemerintahan keturunannya. Beliau mangkat tahun 1746 dan dimakamkan di Desa Buantan Kecamatan Siak Sri Indrapura.

8. Mesjid Kerajaan

Lokasi : Kecamatan Siak Sri Indrapura
Kabupaten : Bengkalis.

Mesjid Kerajaan Siak Sri Indrapura bernama Mesjid Syahabuddin didirikan oleh Sultan Assyaidis Kasyim Abdul Jalil Syaifuddin. Mesjid ini arsitekturnya agak unik dan terletak hanya beberapa ratus meter dari Istana Kerajaan, dipinggiran sungal Siak.

9. Makam Keluaga Raja

Lokasi : Kecamatan Siak Sri Indrapura
Kabupaten : Bengkalis.

Kerajaan Siak Sri Indrapura yang diperintah oleh 12 sultan tentunya mempunyai banyak keluarga. Diantara Sultan dan keluarganya yang meninggal dunia ada yang dimakamkan di Siak, seperti Marhum Sultan Syarif Hasyim di Kota Tinggi, disebelah kanan mesjid kerajaan juga terdapat makam Sultan Syarif Kasyim dan para keluarga sultan lainnya.

10. Balai Kerapatan Tinggi

Lokasi : Kecamatan Siak Sri Indrapura
Kabupaten : Bengkalis

Balai Kerapatan Tinggi Kerajaan Siak ini dibangun dipinggir sungai Siak bersamaan dengan pembangunan Istana Kerajaan pada masa pemerintahan Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin, dalam tahun 1889. Bangunan ini dahulunya sering dipergunakan untuk tempat bermusyawarah, persidangan serta pengadilan.

Mengunjungi Istana Siak tentu tak terlewatkan pula mengunjungi Balai Kerapatan Tinggi yang penuh sejarah ini, letaknya tak berjauhan dengan Mesjid Istana Hassirayatul Hasyimiah.

11.Mesjid Jami'

Lokasi : Air Tiris Kecamatan Kampar
Kabupaten : Kampar

Mesjid Jamik dekat Pasar Air Tiris Kecamatan Kampar, mesjid ini juga memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan mesjid-mesjid lain di Propinsi Riau. Mesjid lni dibangun pada tahun 1901. Pada puncak atapnya terdapat tingkatan menara yang cukup tinggi dan bahan bangunannya terbuat dari kayu tanpa menggunakan paku besi.

Di luar mesjid terdapat sebuah sumur yang di dalamnya terendam batu besar yang mirip kepala kerbau. Konon, batu tersebut selalu berpindah tempat tanpa ada yang memindahkannya.Oleh masyarakat tempatan mesjid ini dianggap keramat dan kini banyak mendapat kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara, terutama

dari Singapura dan Malaysia untuk membayar nazar dan mandi di sumurnya. Kunjungan yang terbanyak sesudah Bulan Puasa atau pada hari raya Puasa Enam.

12. Makam Syekh Abdurrachman Siddiq

Lokasi : Kecamatan Kuala Indragiri
Kabupaten : Indragiri Hilir

Makam Syekh Abdurrachman Siddiq terletak di parit Hidayat, Kecamatan Kuala Indragiri, dapat ditempuh kurang lebih 30 menit dari Tembilahan sebagai ibukota Kabupaten Indragiri Hilir dengan speed boat.

Almarhum Syekh Abdurrachman Siddiq meninggal dunia pada tahun 1939. Beliau adalah seorang mufti, guru agama dan ulama yang banyak mempunyai sahabat, dan muridnya sampai ke Singapura dan Malaysia; dan beliau banyak mengarang buku-buku

mengenai agama Islam. Peninggalan lain dari Syekh Abdurrachman Siddiq di Parit Hidayat ini adalah sebuah mesjid yang dibangun sekitar tahun 1927. Mesjid ini memiliki ciri khas pada tingkatan atapnya, dan terletak kurang lebih 200 meter dari makam. Di samping mesjid, peninggalan lainnya adalah sebuah rumah tunggu yang didiami oleh anak cucu almarhum secara bergiliran melayani tamu. Rumah tunggu ini juga sering dimanfaatkan untuk menginap bagi tamu yang tidak memungkinkan pulang atau memang berhajat untuk bermalam disana.

13. Makam Hang Nadim

Lokasi : Kecamatan Bintan Utara
Kabupaten : Kepulauan Riau

Hang Nadim adalah Laksamana Melayu yang terbesar sesudah Laksamana Hang Tuah. Hang Nadim meninggal di pulau Bintan pada tahun 1504 dan dimakamkan di bukit Bintan.

14. Klenteng Jodoh

Lokasi : Sungai Jodoh - Tanjungpinang
Kabupaten : Kepulauan Riau

Klenteng ini terdapat di sungai Jodoh atau sungai Ular. Cerita yang melekat pada kelenteng ini adalah sembahan yang dilakukan pengunjung untuk segera mendapatkan jodoh, dan tak aral pada sembahyang besar para pemuda-pemudi mencari jodoh di klenteng ini, sehingga keienteng ini disebut klenteng pertemuan jodoh atau sering disebut klenteng Jodoh.

15.Komplek Klenteng Senggarang

Lokasi : Senggarang - Tanjungpinang
Kabupaten : Kepulauan Riau

Di semenanjung Senggarang terdapat kompleks klenteng yang amat erat kaitannya dengan masyarakat keturunan Cina, seperti klenteng Jodoh sungai Jodoh. Untuk sampai di kompleks klenteng ini, kita dapat menumpang kapal pompong umum 10 menit darl kota Tanjungpinang.

Kelenteng di kompleks ini ada tiga buah dan ketiganya mempunyai nilai magis tersendiri. Ketiga kelenteng itu adalah : klenteng Sung Te Kong atau kelenteng Dewa Api, nilai magis yang melekat bahwa sembahan ditujukan untuk mendapatkan keselamatan di darat. Klenteng Maco atau klenteng Dewa Laut, nilai magis yang melekat pada klenteng ini bahwa sembahan ditujukan untuk mendapatkan

keselamatan di laut atau pelayaran. Klenteng Tay Ti Kong menurut kepercayaan penganutnya disebut pula kelenteng Dewa Tanah, nilai magis yang melekat bagi mereka bahwa sembahyang di klenteng Tay Ti Kong mendoa untuk diberikan keselamatan untuk tanah, umpamanya mendoa untuk berkebun, mendoa hendak mendirikan rumah dan lain sebagainya agar segala kegiatannya tidak mendapat halangan kelak.

15. Museum Kandil Riau

Lokasi : Kota Tanjungpinang
Kabupaten : Kepulauan Riau

Musium ini awalnya adalah kepunyaan perorangan terletak di tengah kota Tanjungpinang, menyimpan koleksi barang-barang peninggalan sejarah kerajaan seperti : keris, tombak, baju kebesaran kerajaan dan barang-barang antik yang mempunyai nilai sejarah serta keunikan tersendiri.

16. Makam Daeng Marewa

Lokasi : Kecamatan Tanjungpinang Timur
Kabupaten : Kepulauan Riau

Daeng Marewa adalah salah seorang Yang Dipertuan Muda (YDM) pada tahun 1721-1727 pada waktu Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah sebagai kepala kerajaan Melayu periode Riau-Lingga. Yang Dipertuan Muda adalah kepala pemerintahan, yang dapat dipersamakan dengan kedudukan Perdana Menteri sekarang ini. Makam Daeng Marewa terletak di Kota Rebah, dapat kita tempuh ± 35 menit dengan pompong dari Tanjungpinang.

17.Makam Daeng Celak

Lokasi : Kecamatan Tanjungpinang Timur
Kabupaten : Kepulauan Riau

Daeng Celak adalah ayahanda dari Raja Haji, Yang Dipertuan Muda IV kerajaan Riau menggantikan Yang Dipertuan Muda III, Daeng Kamboja. Daeng Celak sendiri adalah Yang Dipertuan Muda II sebagai kepala pemerintahan pada tahun 1727-1745, menggantikan Yang Dipertuan Muda I, Daeng Marewa.

Daeng Marewa dan Daeng Celak menjadi Yang Dipertuan Muda pada periode Riau-Lingga di bawah pemerintahan Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah. Makam Daeng Celak terdapat di Kota Lama dan dapat ditempuh dengan pompong dari Tanjungpinang + 25 menit.

18.Prasasti Pasir Panjang

Lokasi : Pulau Karimun, Kecamatan Karimun
Kabupaten : Kepulauan Riau

Prasasti Pasir Panjang terdapat di pulau Karimun yang bertuliskan huruf Sanskerta berbunyi "Mahayunika Galagantricacri."

19. Makam Engku Putri

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Makam Engku Putri Permaisuri Sultan Mahmud ini terletak di pulau Penyengat Indra Sakti. Engku Putri adalah milik pulau Penyengat, karena pulau ini dihadiahkan suaminya Sultan Mahmud Syah sebagai mas kawinnya sekitar tahun 1801-1802. Selain itu Engku Putri adalah pemegang regalia kerajaan Riau.

Bangunan makam terbuat dari beton, dikelilingi oleh pagar tembok pada tempat yang ketinggian. Dahulu atap bangunan makam dibuat bertingkat-tingkat dengan hiasan yang indah.

Di kompleks ini terdapat pula makam tokoh-tokoh terkemuka kerajaan Riau, seperti makam Raja Haji Abdullah (Marhum Mursyid)

Yang Dipertuan Muda Riau IX, makam raja Ali Haji, pujangga Riau yang terkenal "Gurindam Dua Belas", makam Raja Haji Abdullah, makam Mahkamah Syariah kerajaan Riau-Lingga, makam Tengku Aisyah Putri - Yang Dipertuan Muda Riau IX, dan kerabat-kerabat Engku Putri yang lain.

Sejarah Riau mencatat bahwa Engku Putri (Raja Hamidah) adalah putri Raja Syahid Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang - Yang Dipertuan Muda Riau IV - yang termashur sebagai pahlawan Riau dalam menentang penjajahan Belanda. Sebagai putri tokoh ternama, Engku Putri besar peranannya dalam pemerintahan kerajaan Riau, sebab selain memegang regalia (alat-alat kebesaran kerajaan) beliau adalah permaisuri Sultan Mahmud, dan tangan kanan dari Raja Jaafar - Yang Dipertuan Muda Riau VI.

Sebagai pemegang regalia kerajaan, beliau sangatlah menentukan dalam penabalan sultan, karena penabalan itu haruslah dengan regalia kerajaan. Engku putri pernah pula melakukan perjalanan ke beberapa daerah lain, seperti ke Sukadana, Mempawah dan lain-lain untuk mempererat tali persaudaraan antara kerajaan Riau dengan kerajaan yang dikunjunginya.

Tokoh ternama dari kerajaan Riau ini mangkat di pulau Penyengat bulan Juli tahun 1884.

20. Mesjid Raya Sultan Riau

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Mesjid yang menjadi kebanggaan orang Melayu Riau ini didirikan pada tanggal 1 Syawal 1249 H (1832 M) atas prakarsa Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda Riau VII. Bangunan mesjid ini seluruhnya terbuat dari beton, berukuran 18 x 19,80 meter. Di bagian dalam ruang utama terdapat empat buah tiang utama. Pada keempat sudut bangunan berdiri empat buah menara, sedangkan atapnya terdiri dari 13 buah kubah yang unik. Cerita masyarakat tempatan menyebutkan,untuk membangun mesjid ini, terutama untuk memperkuat beton kubah, menara dan bagian tertentu lainnya, dipergunakan bahan perekat dari campuran putih telur dan kapur. Pelaksanaan pembangunannya melibatkan seluruh lapisan masyarakat di kerajaan Riau, yang bekerja siang malam secara bergiliran.

Di dalam mesjid ini tersimpan pula kitab-kitab kuno (terutama yang menyangkut agama Islam) yang dulunya menjadi koleksi perpustakaan didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf AI Ahmadi,Yang Dipertuan Muda Riau X. Benda lain yang menarik dan terdapat dalam mesjid ini adalah mimbarnya yang indah, serta kitab suci AI Qur'an tulisan tangan.

21. Bekas Gedung Tabib Kerajaan

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Sisa gedung Engku Haji Daud ini hanya berupa empat bidang dinding tembok dengan beberapa buah rangka pintu dan jendela. Gedung ini dahulu dikenal dengan sebutan Gedung Engku Haji Daud atau Gedung Tabib Kerajaan, karena beliau adalah Tabib Kerajaan Riau. Bekas gedung ini banyak menarik pengunjung karena disamping peninggalan sejarah juga terletak di tengah kediaman ramai.

22. Makam Raja Haji

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Raja Haji-Yang Dipertuan Muda Riau IV-adalah pahlawan Melayu yang amat termashur. Beliau berperang melawan penjajah Belanda sejak berusia muda sampai akhir hayatnya dalam peperangan hebat di Tetuk Ketapang tahun 1784.

Raja Haji yang hidup antara tahun 1727-1784 itu telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin, hulubalang dan ulama. Para penulis sejarah mencatat, terutama pada tahun 1782-1784 cukup berpengaruh terhadap stabilitas sosial politik dan ekonomi di wilayah Nusantara dan negeri-negeri Belanda yang sangat tergantung terhadap sumber perekonomiannya di Timur.

Pihak Belanda bahkan menganggap bahwa perang yang dipimpin Raja Haji adalah peperangan yang cukup besar dan sempat menggoncangkan kedudukan Belanda di Nusantara. Karena kepahlawanannya itulah, Raja Haji diagungkan masyarakat Melayu, disebut dengan gelar Raja Haji Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang.

Ketika beliau mangkat dalam peperangan hebat di Teluk Ketapang, jenazahnya kemudian dibawa ke Malaka dan dikebumikan disana. Baru beberapa tahun kemudian jenazah beliau dibawa ke pulau Penyengat dan disemayamkan dalam makam yang terletak di Bukit Selatan pulau Penyengat, bersebelahan dengan makam Habib Syekh, seorang ulama terkemuka di kerajaan Riau-Lingga.

23. Makam Raja Jaafar

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Raja Jaafar - Yang Dipertuan Muda Riau VI - adalah putra Raja Haji Sahid Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang. Raja Jaafar menjadi Yang Dipertuan Muda Riau VI tahun 1806-1831. Ketika mangkatnya digelar Marhum Kampung Ladi.

Kompleks makam almarhum Raja Jaafar seluruhnya dibuat dari beton, indah dan kokoh. Pada makam ini terdapat pilar-pilar, kubah-kubah dari beton yang dihiasi ornamen yang menarik. Di luar cungkup makam ini, dalam kompleks makam terdapat pula kolam air yang dilengkapi tangga batu tempat berwuduk. Di kompleks makam ini terdapat pula makam-makam keluarga bangsawan lainnya.

24. Makam Raja Abdurrakhman

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Raja Abdurrakhman - Yang Dipertuan Muda Riau VII - ketika mangkatnya digelar Marhum Kampung Bulang. Raja Abdurrakhman menjadi Yang Dlpertuan Muda Riau tahun 1832-1844. Beliau terkenal aktif dalam menggalakkan pembangunan di pulau ini, serta taat beribadah. Salah satu hasil upaya beliau yang utama adalah pembangunan Mesjid Raya Penyengat. Karena jasanya itutah, ketika beliau meninggal dunia jenazahnya dikebumikan hanya beberapa ratus meter di bagian belakang mesjid, terdapat pada sebuah lereng bukit.

25. Bekas Istana Sultan Abdurrakhman Muazzam Syah

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Bangunan bekas istana Sultan Riau yang terakhir ini hanya berupa puing-puing belaka dahulu. Istana ini disebut Kedaton, dengan lapangan luas di sekitarnya.

Istana ini mulai rusak sejak Sultan Abdurrakhman Muazzam Syah (1833-1911) meninggalkan Penyengat karena dimusuhi Belanda, akibat sikap beliau menentang pemerintahan Betanda tahun 1911. Beliau segera ke Daik dan bergegas meninggalkan Daik dan untuk selanjutnya bermukim di Singapura sampai akhir hayatnya. Sejak itu istana ini tinggal terlantar dan akhirnya runtuh sama sekali, kini tinggal puingnya.

26. Bekas Gedung Tengku Bilik

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Bangunan ini bertingkat dua, walaupun sudah rusak tapi bentuk aslinya masih kelihatan. Bentuk bangunannya merupakan ciri-ciri kesukaan para bangsawan Melayu akhir abad XIX, karena seni bangunan seperti itu masih ditemui di Singapura (istana Kampung Gelam), di Johor dan tempat-tempat lain di semenanjung Malaysia. Bangunan ini masih ditempati sampai masa Perang Dunia II dan sekarang masih menarik pengunjung yang datang ke pulau Penyengat.

Pemilik gedung ini, yaitu Tengku Bilik, adik sultan Riau terakhir, bersuamikan Tengku Abdul Kadir.

27. Gudang Mesiu

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Tak seberapa jauh dari Mesjid Raya Penyengat terdapat bangunan kecil yang seluruhnya terbuat dari beton, tampak amatlah kokoh dengan temboknya setebal satu hasta dengan jendela-jendela kecil berjeriji besi.

Sesuai dengan namanya, gedung ini dahulunya tempat menyimpan mesiu, yang oleh penduduk di daerah ini disebut obat bedil. Melihat gedung ini akan memberi bayangan betapa siapnya kerajaan Riau - Lingga dalam menentang penjajahan di negerinya.

Dahulu, menurut cerita tempatan, di pulau ini terdapat empat buah gedung tempat menyimpan mesiu dan kini hanya tinggal satu ini.

28. Kubu Dan Parit Pertahanan

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Di Penyengat terdapat kubu dan parit pertahanan kerajaan Riau dalam peperangan melawan Belanda tahun 1782-1784. Kubu-kubu ini terletak di bukit Penggawa, bukit Tengah dan bukit Kursi. Dahulu, kubu-kubu ini seluruhnya dilengkapi dengan meriam dalam berbagai ukuran. Bagi para wisatawan yang berkunjung, kubu ini amatlah menarik, karena selain mengandung nilai sejarah juga pemandangan alam dari kubu-kubu ini sangat indah pula.

29. Daik (Bekas Pusat Kerajaan Riau Lingga)

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Daik, dahulunya hampir selama seratus tahun menjadt pusat kerajaan Riau-Lingga, sekarang menjadi ibu kota Kecamatan Lingga, Kabupaten Kepulauan Riau.

Kota Daik yang terletak di sungai Daik, hanya dapat dilalui perahu atau kapal motor di waktu air pasang. Kalau air surut, sungai Daik mengering dan tak dapat dilalui. Perhubungan lainnya adalah melalui jalan darat ke desa Resun di sungai Resun. Dari sana melalui sungai itu terus ke muara (Pancur) yang terletak di pantai utara pulau Lingga, berseberangan dengan Senayang.

Selama seratus tahun Daik menjadi pusat kerajaan, tentulah terdapat berbagai peninggalan sejarah dan sebagainya. Raja-raja kerajaan Riau-Lingga yang memerintah kerajaan selama periode pusat kerajaan di Daik Lingga yaitu : Sultan Abdurakhman Syah (1812-1832), Sultan Muhammad Syah (1832-1841), Sultan Mahmud Muzafar Syah (1841-1857), Sultan Sulalman Badrul Alam Syah II (1857-1883) dan Sultan Abdurrakhman Muazzam Syah (1883-1911).

30. Balai Adat Indra Perkasa

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Gedung dengan arsitektur tradisional Melayu Kepulauan ini dijadikan Balai Adat untuk memperagakan berbagai bentuk upacara adat Melayu. Letaknya di tepi pantai menghadap laut lepas, amatlah mempesona.

Di dalam gedung ini dapat dilihat tata ruangan dan beberapa benda kelengkapan adat Resam Melayu atau beberapa atraksi kesenian yang diadakan untuk menghormati tamu tertentu.

31. Mesjid Jamik Daik

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Mesjid Jamik terletak di kampung Darat, Daik Lingga, dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Riayat Syah (1761-1812) pada masa awal beliau memindahkan pusat kerajaan dari Bintan ke Lingga. Sumber tempatan menyebutkan bahwa bangunan mesjid ini dimulai sekitar tahun 1803, dimana bangunan aslinya seluruhnya terbuat dari kayu. Kemudian setelah Mesjid Penyengat selesai dibangun, maka bangunan Mesjid Jamik ini dirombak dan dibangun lagi dari beton.

Mesjid ini di dalam ruang utamanya tidaklah mempergunakan tiang penyangga kubah atau lotengnya. Pada mimbarnya terdapat tulisan yang terpahat dalam aksara Arab-Melayu (Jawi), berisi : "Muhammad SAW. Pada 1212 H hari bulan Rabiul Awal kepada hari Isnen membuat mimbar di dalam negeri Semarang Tammatulkalam." Tulisan ini memberi petunjuk, bahwa mimbar yang indah ini dibuat di Semarang, Jawa Tengah dengan memasukan motif-motif ukiran tradisional Melayu.

32. Bekas Istana Damnah

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Yang tersisa dari bangunan yang dahulunya sangat megah ini hanyalah tangga muka, tiang-tiang dari sebahagian tembok pagarnya yang seluruhnya terbuat dari beton. Sekarang puing istana ini terletak dalam hutan belantara yang disebut kampung Damnah.

Istana Damnah didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf AI-Ahmadi, Yang Dipertuan Muda Riau X (1857-1899). Dalam tahun 1860 olehnya didirikan istana Damnah untuk kediaman Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II, dimana sebelumnya Sultan ini di Istana Kota Baru tak berjauhan dari pabrik sagu yang didirikannya.

33. Gedung Bilik 44

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Yang disebut gedung bilik 44 adalah pondasi gedung yang akan dibangun oleh Sultan Mahmud Muzafar Syah. Gedung ini baru dikerjakan pondasinya saja karena Sultan keburu dipecat Belanda tahun 1812. Lokasinya terletak di lereng gunung Daik.

Walaupun gedung ini belum sempat berdiri, tetapi dari pondasinya yang berjumlah 44 itu sudah dapat kita bayangkan betapa besarnya minat Sultan Mahmud untuk membangun negerinya. Di gedung ini, menurut rencana Sultan akan ditempatkan para pengrajin yang ada di kerajaan Riau-Lingga, supaya mereka dapat bekerja lebih tenang serta mengembangkan keahliannya. Namun cita-cita Sultan Mahmud terkandas oleh penjajah asing.

34. Kubu Pertahanan

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Daik sebagai pusat kerajaan Riau-Lingga tentulah memerlukan pengawalan ketat. Perairan selat Malaka yang masa silam selalu ramai dengan desingan peluru dan asap mesiu. Untuk menjaga berbagai kemungkinan dalam pertempuran, di Daik Lingga dan sekitarnya didirikan kubu-kubu yang kokoh dengan persenjataan lengkap menurut keadaan zamannya, yang terdapat di pulau Mepar, Kubu Bukit Ceneng dan Kubu Kuala Daik.

35. Makam Bukit Cengkeh

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Di Bukit Cengkeh, Daik, terdapat kompleks makam raja-raja Riau-Lingga. Bangunan ini dulunya amat indah, bentuknya segi delapan dengan kubah bergaya arsitektur Turki. Kini makam ini sudah runtuh, yang tersisa hanya sebagian dindingnya dan pagar beton kelilingnya. Di kompleks makam ini terdapat pusara : Sultan Abdurrakhman Syah (1812-1832), beberapa anggota keluarga kerajaan Riau-Lingga. Makam ini tidaklah sulit dicapai karena terletak di pinggir jalan raya, di atas Bukit Cengkeh yang indah pemandangannya.

36. Makam Merah

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Disebut makam merah karena warna cat bangunannya merah, tiangnya terbuat dari besi, pagarnya dari besi dan atapnya seng tebal. Makam ini tidak berdinding dan atapnya berbentuk segi empat melingkari makam. Makam ini letaknya tidaklah berapa jauh dari bekas istana Damnah.

Makam ini terkenal bukanlah karena bangunan makamnya, tetapi karena yang dimakamkan disini adalah Raja Muhammad Yusuf Yang Dipertuan Muda Riau X.

37. Rumah Datuk Laksemana Daik

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Bangunan tua ini terletak di kampung Bugis, berbentuk limas penuh. Rumah ini selain pernah ditempati oleh Datuk Laksemana Daik,pernah pula ditempati oleh Datuk Kaya pulau Mepar, karena beliau ini menantu Datuk Laksemana. Rumah ini masih agak baik dan ditempati oleh keluarga Datuk Laksemana dan Datuk Kaya Daik.

Di rumah ini masih tersimpan sisa-sisa benda milik Datuk Laksemana dan Datuk Kaya, seperti : beberapa jenis pakatan kebesaran Datuk Kaya dan Datuk Laksemana, benda-benda upacara adat, motifmotif tenunan, batik, ukiran-ukiran dan sebagainya.

38. Museum Kandil Kemilau Emas

Lokasi : Pulau Belimbing Kecamatan Bangkinang
Kabupaten : Kampar

Musium ini resminya baru pada tanggal 22 Mei 1988 berada di pulau Belimbing Kuok Bangkinang. Musium ini adalah sebuah rumah berbentuk rumah Adat Lima Koto Kampar yang dibangun sekitar tahun 1900 oleh almarhum Haji Hamid. Kini dalam musium ini tersimpan berbagai barang antik koleksi yang memiliki nilai sejarah seperti : Barang tembikar, Alat Pertukangan, Alat Pertanian, Alat-alat penangkap ikan, alat-alat kesenian, Alat-alat pelaminan, Alat-alat perdagangan, Alat pesta dan lain-lain.

Disamping alat-alat tersebut tersimpan pula dayung perahu dagang terbuat dari kayu yang sangat kuat berasal dari abad ke 18, serta sebuah kompas yang terbuat dari bambu yang dibuat oleh bangsa China karena angka-angka yang tertulis pada kompas tersebut ditulis dalam aksara China.

Ada dua ratus lima puluh (250) macam barang antik koleksi musium Kandil Kemilau Emas yang semuanya merupakan koleksi warisan yang telah turun temurun sebagai barang pusaka.

39. Makam Sultan Mahmus Syah 1

Lokasi : Kecamatan Bunut
Kabupaten : Kampar

Sultan Mahmud Syah I adalah Raja Malaka terakhir karena pertempuran dengan Potugis tahun 1509 hingga tahun 1526 beliau beserta sisa-sia pasukan gabungan mengundurkan diri ke Pekantua Sungai Kampar.

Setelah berperang Sultan Mahmud Syah dinobatkan menjadi Raja Pekantua Kampar hingga mangkat tahun 1528 digelar dengan Marhum Kampar, dimakamkan di Pekantua Kampar. Makamnya terletak di Desa Tolam, kecamatan Bunut dan dapat dicapai dengan kenderaan kapal motor atau speedboad.

Mengunjungi makam sultan ini sekaligus dapat melihat beberapa peninggalan sejarah lainnya seperti meriam kuno, makam Raja-raja Pelalawan, bekas peninggalan sejarah di Nasi-nasi Tolam dan sebagainya.

40. Makam Syekh Burhanuddin

Lokasi : Kecamatan Kampar Kiri
Kabupaten : Daerah Tingkat II Kampar

Almarhum Syekh Burhanuddin adalah salah seorang penyebar Agama Islam, makamnya terletak di Kuntu Lipat Kain Kabupaten Kampar. Tempat ini banyak mendapat kunjungan terutama pada hari besar Islam dan menjelang bulan Ramadhan tiba.

41. Candi Muara Takus

Lokasi : Kecamatan XIII Koto
Kabupaten : Kampar

Kompleks candi ini terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar atau jaraknya kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru. Jarak antara kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir sungai Kampar Kanan.

Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter diluar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat pula bangunan candi Tua, candi Bungsu dan Mahligai Stupa serta Palangka. Bahan bangunan candi terdiri dari : batu pasir, batu sungai dan. batu bata. Menurut sumber tempatan, batu bata untuk bangunan ini dibuat di desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi. Bekas galian tanah untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk. Untuk membawa batu bata ke tempat candi, dilakukan secara beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum pasti kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan candi itu secara bergotong royong dan dilakukan oleh orang ramai.

Selain dari candi Tua, candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka, di dalam kompleks candi ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia. Diluar kompleks ini terdapat pula bangunan-bangunan (bekas) yang terbuat dari batu bata, yang belum dapat dipastikan jenis bangunannya.

Kompleks candi Muara Takus, satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi yang bersifat budhistis ini merupakan bukti pernahnya agama Budha berkembang di kawasan ini beberapa abad yang silam. Kendatipun demikian, para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad kesebelas, ada yang mengatakan abad keempat, abad ketujuh, abad kesembilan dan sebagainya. Tapi jelas kompleks candi ini merupakan peninggalan sejarah masa silam.

42. Benteng Tujuh Lapis

Lokasi : Kecamatan Tambusai
Kabupaten : Kampar

Benteng Tujuh Lapis sebagai peninggalan sejarah masa lampau terdapat di Dalu Dalu, Kecamatan Tambusai. Benteng ini dibuat untuk pertahanan melawan penjajahan oleh masyarakat di bawah pimpinan Tuanku Tambusai, dan khasnya Benteng Tujuh Lapis terbuat dari bambu.

Dengan nilai perjuangan yang melekat pada benteng ini, menjadikannya sebagai salah satu objek wisata budaya dan peninggalan sejarah perjuangan masyarakat Riau menentang penjajahan.

43. Bekas Tambang Emas Logas

Lokasi : Muara Lembu, Kecamatan Sengingi
Kabupaten : Indragiri Hulu

Logas dengan bekas rel kereta api dan lokomotif dengan keadaan rusak di hutan merupakan objek wisata yang telah mendapat kunjungan wisatawan mancanegara, terutama wisatawan dari Jepang dan Belanda dengan motivasi nostalgia. Disamping itu, Logas dikenal juga sebagai tempat kerja paksa dan pembuangan bagi tawanan-tawanan serdadu Jepang yang pernah menjajah Indonesia.

Tambang emas Logas pernah didirikan pada masa penjajahan Belanda, dan pada masa penjajahan Jepang perusahaan itu diambil alih oleh Jepang hingga Indonesia merdeka tahun 1945.

44. Mesjid Tua Pangean

Lokasi : Kecamatan Kuantan Hilir
Kabupaten : Indragiri Hulu

Di Pangean terdapat sebuah mesjid tua yang memiliki nilai arsitektur yang tinggi dan termasuk sebagai peninggalan sejarah masyarakat setempat. Kubah-kubah yang bertingkat dan bangunannya memiliki nilai yang penuh makna.

45. Komplek Makam Sultan Indragiri

Lokasi : Kecamatan Rengat
Kabupaten : Indragiri Hulu

Tempat yang merupakan kompleks makam keturunan sultan Indragiri ini terdapat di Kota Lama. Disamping itu, makam sultan Indragiri berada dalam kompleks Mesjid Raya Rengat dengan beberapa makam lainnya yang terawat dengan rapi dan baik.

46. Rumah Tinggi Kerajaan

Lokasi : Kecamatan Rengat
Kabupaten : Indragiri Hulu

Rumah Tinggi kerajaan ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan Indragiri, terletak di Rengat, ibukota Kabupaten Indragiri Hulu. Memang saat ini keadaannya masih sederhana dan isinyapun yang merupakan koleksi peninggalan kerajaan belum terkumpul disana.

47. Batu Ujung

Lokasi : Kecamatan Kuantan Tengah
Kabupaten : Indragiri Hulu

Batu Ujung meropakan objek wlsata budaya sebagai peninggalan sejarah yang terdapat di Kecamatan Kuantan Tengah.

48. Makam Putri Tujuh

Lokasi : Kecamatan Keritang
Kabupaten : Indragiri Hilir

Makam Putri Tujuh terletak di Kecamatan Keritang. Putri Tujuh menurut cerita masyarakat adalah sebuah makam yang di dalamnya terkubur 7 (tujuh) orang putri yang ditanam hidup-hidup karena telah memfitnah anak raja Keritang.

49. Makam Keramat

Lokasi : Kecamatan Gaung Anak Serka
Kabupaten : Indragiri Hilir

Di Kecamatan Gaung Anak Serka terdapat makam-makam keramat yang banyak dikunjungi masyarakat untuk berziarah membayar nazar, terutama menjelang atau pada hari-hari besar Islam. Makam-makam keramat itu, seperti makam Syekh Ibrahim Teluk Sungkah yang meninggal tahun 1858, makam Panglima Hitam dan makam Nik Gawang.

50. Kolam Raja

Lokasi : Kecamatan Kateman
Kabupaten : Indragiri Hilir

Kolam Raja sebagai peninggalan sejarah seperti danau alam yang dimanfaatkan penduduk setempat untuk sumber air minum. Kolam ini layak untuk dikembangkan sebagai tempat rekreasi dan pemandian karena juga memiliki pemandangan yang indah sehingga membuat betah sambil bersantai.

Kolam Raja terletak kurang lebih 1 kilometer dari Guntung, Kecamatan Kateman, Kabupaten Daerah Tingkat II Indragiri Hilir

Sumber : http://riauprov.go.id